Pelalawan,Mediacenter – Manajemen atau tatalaksana peternakan akan menentukan kualitas keamanan dari produk ternak yang dihasilkan seperti susu, telur ataupun daging. Manajemen peternakan termasuk pengendalian dan penanganan penyakit hewan merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan usaha peternakan. Usaha peternakan di Indonesia masih rentan terhadap banyak penyakit hewan, sehingga program pengendalian penyakit menjadi sangat penting seperti halnya penerapan biosecurity dan Good Farming Practice (GFP). Good Farming Practice dalam dunia peternakan memegang peranan penting dalam mencegah pencemaran dalam produk ternak yang dihasilkan, karena beberapa penyakit dapat dicegah di tingkat peternak sehingga tidak terbawa dalam rantai pangan selanjutnya.
Penyakit Jembrana adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dan bersifat fatal pada sapi bali (Bos javanicus). Penyakit Jembrana disebabkan oleh retrovirus, virus jembrana bersifat sangat fragil diluar tubuh induk semangnya. Penyakit ini ditandai dengan demam tinggi, pembesaran kelenjar limfe dan diare yang terkadang bercampur darah pada sapi yang terinfeksi.
Sapi terindikasikan Jembrana akan terlihat depresi, nafsu makan menurun, dan demam sampai 42 oC berlangsung selama 5-7 hari. Pemeriksaan dan pengamatan dengan cermat maka ditemukan pembengkakan kelenjar limfe, terdapat erosi pada pangkal lidah, keluar leleran encer dari hidung, produksi air liur berlebihan (hipersalivasi), produksi air mata berlebihan (lakrimasi), dan mata merah akibat peradangan (kongjungtivitis). Gejala khas sapi yang terkena Jembrana yaitu keringat berdarah (blood sweating) pada daerah punggung, pinggang, perut, dan kaki bagian bawah akibat gigitan serangga penghisap darah biasanya. Pemerikasaan laboratorium pada darah sapi dengan gejala demam biasanya dijumpai leukopenia (limfositomia), anemia, trombositopenia, uremia dan juga terjadi penurunan plasma protein.
Penyakit Jembrana tidak bersifat zoonosis (menular dari hewan ke manusia). Penuluran terjadi sangat cepat antar hewan akibat penggunaan jarum yang tercemar atau melalui gigitan serangga penghisap darah (penularan mekanis). Masa inkubasi penyakit Jembrana berlangsung antara 5-12 hari. Penyakit Jembrana sangat merugikan bagi paternak sapi khususnya di Kabupaten Pelalawan. Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Pelalawan mencatat kematian pada tahun 2020 sebesar 30 % akibat Jembrana.
Pencegahan terhadap penularan penyakit Jembrana yang cukup tinggi dilakukan dengan mengisolasi ternak yang sakit serta penyemprotan terhadap serangga penghisap darah. Pengawasan terhadap lalu lintas ternak keluar masuk ternak di Kabupaten Pelalawan diperketat pos penjagaan dan surat izin keluar masuk dengan pemeriksaan kesehatan ternak.
Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Pelalawan telah melakukan respon cepat terhadap penyakit Jembrana. Vaksinasi Jembrana telah dilakukan sebagai upaya untuk mencegah penyebaran yang lebih luas. Kegiatan vaksinasi Jembrana tahun 2020 mencatat sebanyak 7.664 ekor sapi tervaksinasi. Vaksinasi jembrana diberikan dua kali per ekor ternak dalam setahun dengan selang waktu vaksinasni satu bulan sejak vaksin pertama.
Pengobatan juga diupayakan pada ternak yang terinfeksi dengan memberikan antibiotika berspektrum luas untuk menekan infeksi sekunder. Vaksinasi dan pengobatan yang telah dilakukan mampu memberikan tingkat kesembuhan sebesar 70% dan menekan kematian (mortalitas) 30%. Penyakit Jembrana dapat dicegah dan dikendalikan jika disiplin dalam melakukan sanitasi kandang dan lingkungan, pengendalian vektor, dan program vaksinasi terjadwal.
Laporan Karya Ilmiah: drh. Adliana Kausyar
Beberapa gambar sapi bali yang terinfeksi virus jembrana yang terjadi di Kabupaten Pelalawan, sebagai berikut :